Sejarah GKSBS Tanjung Bintang
GKSBS dalam
sejarahnya dikenal sebagai gerejanya orang “transmigrasi”.
Sebagaimana sudah diuraikan di atas pada perkembangannya tidak selalu demikian,
ada beberapa gereja yang merupakan hasil dari penginjilan dan pertobatan
pendatang, atau pendatang yang telah menjadi Kristen. Demikian halnya dengan
latar belakang jemaat GKSBS Tanjung Bintang, dimana jemaatnya merup
akan
kombinasi dari para transmigrasi dan pendatang yang beretobat, dan ada pula
pendatang yang telah Kristen. Termasuk di dalamnya ada proses nglari untuk
beberapa orang yang memang sebelumnya telah menjadi Kristen dari Jawa, sehingga
menambah jumlah orang Kristen dan menjadi komunitas Kristen mula-mula.
Memang
umumnya jemaat di GKSBS Tanjung Bintang adalah jemaat dengan suku Jawa, sebab
banyak pendatang dari Jawa yang mencari nafkah atau mengadu nasib di Lampung.
Namun ada juga yang dari suku Batak beberapa suku yang lain. Ada sebagian
karena ikut program transmigrasi dari pemerintah, ada transmigrasi karena
inisiatif sendiri dari Jawa ke Lampung, ada pula tapi sebagian pendatang atau
transmigrasi lokal. Sebab beberapa orang yang datang ke daerah tersebut sudah
lahir di Lampung. Ada sebagian dari pendatang adalah generasi kedua para transmigran.
Memang keberadaan jemaat GKSBS Tanjung Bintang unik, dimana jemaat tidak
semuanya transmigran karena ada juga yang pendatang. Jadi julukan untuk GKSBS
Tanjung Bintang sebagai gereja transmigran kurang tepat, tapi tidak salah.
Inilah keunikan GKSBS Tanjung Bintang dengan keberagaman menjadi sebuah
kekayaan dengan berbagai nilai luhur yang saling menerima dan menghargai
sebagai sedulur dalam tubuh Kristus.
Melihat
perkembangan selanjutnya, perjalanan sejarah lahirnya GKSBS Tanjung Bintang
memang tidak lepas dari kerjasama pelayanan dengan GKSBS Tanjung Karang. GKSBS
Tanjung Bintang merupakan jemaat dewasa dan mandiri dari hasil Re-gruping dari wilayah II dan IV GKSBS
Tanjung Karang.
2.2.1
Merintis Pelayanan
Pada tahun
1966-1969 terbentuk panitia persiapan GKL Tanjung Karang untuk kelompok Karang
Anyar, Way Galih dan Wayhui, dan Sukadamai. Pertumbuhan kelompok terus
berlanjut, bahkan ada kelompok pertubuhan baru di Wonodadi yang masuk area
pelayanan Kelompok Way Galih. Hamba Tuhan pertama yang melayani oleh pembantu
pendeta Purwoko Hadi Purnomo.[1]
Perkembangan selajutnya pelayan di bagi menjadi dua wilayah antara lain :
kelompok Karang Anyar dan kelompok Sukadamai dilayani oleh pembantu pendeta
Purwoko Hadi Purnomo. Sedangkan untuk kelompok Way Galih, kelompok Wayhui dan
kelompok Wonodadi dilayani oleh pembantu pendeta Suwarjono. Dua wilayah
tersebut masih dibawah asuhan GKL Tanjung Karang. Untuk pelayanan sakramen
dilayani oleh Pdt. Pujo Suwito sebagai pendeta utusan.[2] Namun pada tahun 1971 kelompok Wayhui di
kerjasamakan dengan GITJ yang dilayani oleh pembantu pendeta Edi Suharno.
Setelah mengalami proses yang cukup panjang, akhirnya kelompok Way Galih di
dewasakan pada tanggal 30 Oktober 1972. Yang saat ini terdiri dari tiga
kelompok, yaitu kelompok Way Galih, kelompok Wonodadi dan kelompok Sindang Sari
sebagai pertumbuhan baru.[3]
Sedangkan
untuk kelompok Karang Anyar dan kelompok Sukadamai ditinggal pembantu pendeta
Puwoko Hadi Purnomo, lalu digantikan pembantu pendeta Guntur Sudarsono. Tapi
kurang lebih satu tahun pelayanan pembantu pendeta Guntur Sudarsono pindah ke
Bengkulu. Kepindahan tersebut memberi pengaruh, sehingga pada tahun 1980
kelompok Sukadamai menyatakan diri pindah ke Gereja Methodis sektor Sukadamai.
Sedangkan untuk kelompok Karang Anyar menyatakan diri bergabung dengan kelompok
Marga Agung di bawah asuhan GKL Tanjung Karang.[4]
Kemudian GKL
Way Galih sebagai jemaat dewasa membutuhkan pendeta. Sekalipun untuk sakramen
masih mendapat pelayanan dari pendeta GKL Tanjung Karang. Kemudian pada tahun
1994 pendeta Eko Prih Joko Sungkowo dithabiskan sebagai pendeta GKL Way Galih.
Berjalannya waktu GKL Tanjung Karang mengalami ke kosongan pendeta, sebab Pdt.
Daniel Solikin mendapat tugas baru sebagai Pendeta Tugas Khusus untuk militer
Angkatan Laut. Karena itu GKL Tanjung Karang meminta Pdt. Eko Prih Joko
Sungkowo menjadi pendetanya. Dengan kesepakatan bersama maka tahun 1998 Pdt.
Eko Prih Joko Sungkowo pindah menjadi pendeta GKL Tanjung Karang.[5]
2.2.2
Membangun Mimpi Bersama
GKL
Way Galih dan GKL Tanjung Karang telah melakukan kerjasama dalam hal pelayanan.
Dimana GKL Way Galih memiliki wilayah pelayanan yang dekat dengan wilayah
pelayanan GKL Tanjung Karang yaitu kelompok Karang Sari, Wawasan dan Tri
Tunggal agar melayani kelompok tersebut untuk lebih optimal, dan disisi lain
dapat mendukung kemandirian dari GKL Way Galih. Kerjasama tersebut berjalan
selama tujuh tahun (1990-1997), walaupun memang perjalanannya
tersedendat-sendat. Melihat perkembangan selanjutnya, mejelis GKSBS Tanjung
Karang masih berusaha bagaimana kerjasama tersebut dapat berkembang lagi.
Setelah bergumul dan mempertimbangkan keberadaan wilayah II GKSBS Tanjung
Karang (kelompok Sumber Rejeki, Marga Agung dan Umbul Rejo) yang juga dekat
dengan GKSBS Way Galih, membuka kemungkinan untuk menyatukan wilayah tersebut.
Wacana Re-gruping GKSBS Way Galih
dengan wilayah II dan IV pelayanan GKSBS Tanjung Karang dapat bersatu menjadi
jemaat dewasa yang lebih mapan dan mandiri.
2.2.3
Menuju Pendewasaan
Dilihat dari jumlah warganya sudah memenuhi syarat untuk
mandiri. Maka melalui proses yang tanpa ada hambatan, mejelis GKSBS Tanjung
Karang dengan sukacita melepas dua wilayah pelayanannya yaitu wilayah II
(Sumber Rejeki, Marga Agung, Umbul Rejo) dan IV (Tri Tunggal, Wawasan, Karang
Sari) untuk digabungkan dengan GKSBS Way Galih. Dan pada akhirnya majelis GKSBS
Tanjung Karang dan GKSBS Way Galih membuat usulan tentang penggabungan ke dua
jemaat tersebut pada sidang Klasis yang ke XXVII di Sindang Sari, tanggal 13-14
Juni 1997 dengan nama jemaat “GKSBS Tanjung Bintang”.
Setelah mempelajari dengan seksama keadaann jemaat
tersebut dalam persidangan, maka diambil keputusan sebagaimana terdapat dalam
akta sidang XXVII Klasis Tanjung Karang artikel 28 butir 4 yang berbunyi “Untuk pelaksanaan pembentukan GKSBS
Tanjung Bintang ini perlu dibentuk penitia pelaksana dari GKSBS Tanjung Karang
Wilayah II dan IV serta GKSBS Way Galih.” Keputusan tersebut
ditindaklanjuti melalui Musyawarah bersama yang dilaksanakan pada tanggal 09
Januari 1998. Dari pertemuan tersebut disepakati bersama dan dengan mengacu
pada tata lasakana GKSBS ayat 4.2 dan menghasilkan keputusan:[6]
1)
Membubarkan
kelembagaan jemaat GKSBS Way Galih;
2)
Melepaskan
keanggotaan wilayah II dan wilayah IV dari jemaat GKSBS Tanjung Karang;
3)
Membentuk
kelembagaan jemaat GKSBS Tanjung Bintang dengan anggota jemaat yang terdiri
dari :
3.1.
Hasil
pembubaran jemaat Way Galih
3.2.
Hasil
pelepasan keanggotaan wilayah II dan wilayah IV GKSBS Tanjung Karang
4)
Melimpahkan
seluruh harta milik yang bergerak dan tidak bergerak serta uang dari :
4.1.
Jemaat
GKSBS Way Galih yang telah dibubarkan kelembagaannya.
4.2.
Wilayah
II dan IV GKSBS Tanjung Karang yang telah dilepaskan keanggotaannya.
5)
Setelah
kelembagaan jemaat GKSBS Tanjung Bintang terbentuk, kewilayahn klasisnya masuk
dalam bagian GKSBS Klasis Tanjung Karang.
Maka pada tanggal 21 Februari 1998 di Sumber Rejeki
secara resmi GKSBS Tanjung Bintang telah dikukuhkan melalui ibadah yang
dipimpin oleh Pdt. Tri Joko Hadi Nugroho S.Th. Sekaligus penthabisan Pdt.
Suyatno sebagai pendeta serta diteguhkan dan diserahkan kepada jemaat GKSBS
Tanjung Bintang sebagai Gembalanya.
Adapun anggota majelis pertama setelah GKSBS Tanjung
Bintang dibentuk telah ditetapkan masa jabatannya
sejak tanggal 21 Februari 1998 sampai dengan tanggal 21 Februari 2001,
nama-nama majelis tersebut adalah :[7]
1.
Pnt.
Bunyamin 7. Dkn. Infrianto 13. Pnt. Ribut 19.
Pnt. Warsilah
2.
Pnt.
S. Nasib 8. Dkn. Tugiyatno 14. Pnt. Tambunan 20.
Pnt. Kasmun
3.
Pnt.
Marsiah 9. Pnt. Pamuji 15.
Pnt. Sanmarta 21. Dkn. Tri Sutadi
4.
Pnt.
Mesinah 10. Pnt. Suharjono 16. Pnt. Trimoyo
5.
Pnt.
S. Paimin 11. Pnt. Tiyasmono 17. Dkn. Tuwahman
6.
Pnt.
Paidi 12. Dkn. Sumarni 18. Pnt. Jumadi
2.2.4
Geografis dan Kehidupan Jemaat
Pada
bagian ini penulis akan menyampaikan kondisi terkini GKSBS Tanjung Bintang,
setelah dewasanya wilayah III menjadi jemaat mandiri pada tahun 2017.
a.
Letak
Geografis
GKSBS
Tanjung Bintang memiliki kebijakan bahwa tidak adanya gereja induk. Sebagaimana
tertuang sebelumnya bahwa mereka adalah gereja wilayah yag dipersiapkan untuk
madiri. Untuk mempermudah melihat letak geografis pelayanan GKSBS Tanjung
Bintang, maka saat ini penulis akan memberikan gambaran umum dengan acuan
wilayah I (Kelompok Sindang Sari) sebagai barometernya. Sebab hanya wilayah I
saat ini yang berada desa Sindang dan kecamatan Tanjung Bintang. Letak desa
Sindang Sari adalah sebagai berikut :
v Jarak
antara desa Sindang Sari dengan ibu kota kecamatan ± 5,4 km
v Jarak
antara desa Sindang Sari dengan ibu kota kabupaten ± 66 km
v Jarak
antara desa Sindang Sari dengan ibu kota propinsi ± 23 km
Sedangkan
letak desa Sindang Sari dengan wilayah II yang terbagi menjadi tiga kelompok
yang lain adalah sebagai berikut :
v Jarak
antara kelompok Sindang Sari dengan kelompom Sumber Rejeki ± 22 km
v Jarak
antara kelompok Sindang Sari dengan kelompom Marga Agung ± 18 km
v Jarak
antara kelompok Sindang Sari dengan kelompom Umbul Rejo ± 34 km
b.
Kondisi
Geografis
Secara
umum kondisi geografis GKSBS Tanjung Bintang adalah daerah yang lebih tinggi
dari permukaan laut. Jauh dari laut atau sungai besar dan tekstur tanah
beragam, mulai dari yang subur, berpasir dan ada juga berupa tanah kerikil
krokos. Namun secara umum kondisinya cocok untuk disektor pertanian dan
perkebunan.
Sarana
infrastuktur jalan untuk menghubungkan antar kelompok saat ini sudah sangat
memadai. Hampir disemua kelompok akses jalan sudah beraspal. Apalagi di wilayah
II merupakan daerah pengembangan perkotaan, khususnya di kelompok Marga Agung
dan kelompok Sumber Rejeki. Hanya wilayah pelayanan wilayah I untuk kelompok PA
Way Galih yang masih berupa jalan berbatu. Sarana komunikasi berupa telepon
selular sudah bisa digunakan di semua wilayah guna menghubungkan satu dengan
yang lain.
c.
Kehidupan
Jemaat
Untuk
memenuhi butuhan hidup sebagian besar jemaat bermata pencaharian sebagai
petani. Biasanya mereka menanam palawija atau tanah mereka dibuat perkebunan,
baik sawit maupun karet. Untuk kepemilikan tanah memang bervairiasi, mulai 1 –
3 ha. Walaupun saat ini sebenarnya
pertanian bukan menjadi pilihan utama. Sebab sebagian dari jemaat memilih untuk
menjadi karyawan swasta, PNS atau wiraswasta. Ada beberapa jemaat yang merantau
baik di dalam negeri maupun ke luar negeri.
Sesuai
dengan tuntutan jaman, saat ini jemaat juga sudah mulai sadar akan kebutuhan
pendidikan. Sudah sebagian besar jemaat memiliki pendidikan terakhir SMA.
Pendidikan untuk anak-anak sebagian besar ditempuh di desa sekitar, namun untuk
yang berkuliah ada yang di ibu kota propinsi, tapi ada juga yang ke luar
propinsi.
2.2.5
Pemetaan Pelayanan
Secara klasikal GKSBS Tanjung Bintang tergabung dalam
Klasis Tanjung Karang. Hal ini didasarkan pada letak geografis dan sejarah pendewasaan gereja.
Saat ini GKSBS Tanjung Bintang masih berada di kabupaten Lampung Selatan.
Terdiri dari dua kecamatan yaitu kec. Tanjung Bintang dan Jati Agung. Dengan
letak gereja yang saling berjauhan dan geografis pelayanan mencakup wilayah
yang luas maka untuk mempermudah jangkauan pelayanan GKSBS Tanjung Bintang
mengeluarkan kebijakan untuk ada pembagian wilayah. Berikut adalah pembagian
wilayah dan keanggotaannya :
a.
Pembagian
Wilayah pelayanan :
Pelayanan GKSBS Tanjung Bintang dibagi menjadi dua
Wilayah dan setiap wilayah dibagi menjadi kelompok-kelompok. Jumlah kelompok
ada empat kelompok dan empat pos PI, sehingga pelayanan mimbar setiap minggu
ada delapan. GKSBS Tanjung Bintang kini mempunyai empat gedung gereja sebagai
tempat peribadahan dan empat rumah untuk tempat beribadah di pos PI. Keberadaan
struktur sosial membentuk sense
tersendiri bagi kehidupan berpelayanan di masing-masing tempat tersebut. Empat
gedung gereja dan pembagian Wilayah serta kelompok dengan rincian sebagai
berikut:
1.
Wilayah
I : Kelompok
Sindang Sari, berada di desa Sindang Sari, kecamatan Tanjung Bintang –
Lampung Selatan. Wilayah I terbagi menjadi kelompok persekutuan PA : kel.
Sindang Sari, kel. Palputih, kel. Siranji, kel. Way Galih dan kel. Bandar
Lampung, tapi masih satu gedung gereja.
2.
Wilayah
II, kelompok
Sumber Rejeki, berada di desa Sumber Rejeki, kecamatan Jati Agung –
Lampung Selatan,dengan Pos PI yaitu
Pos PI Purwotani, PosPI Sidoarjo (Umbul Warno), dan PosPI Sinar Rejeki (Sri
Mukti).
3.
Wilayah
II, kelompok Marga Agung, berada di desa Marga Agung, kecamatan Jati Agung –
Lampung Selatan, dengan pos PIKarang Turi (Karang Anyar).
4.
Wilayah
II, kelompok
Umbul Rejo, berada di desa Rejomulyo 5, kecamatan Jati Agung – Lampung
Selatan.
Dengan
jangkauan pelayanan yang begitu luas, maka lingkungan sosial yang ada adalah
lingkungan yang heterogen. Kehidupan jemaat berada di lingkungan masyarakat
yang berbaur dengan pemeluk agama dan suku yang lain. Apalagi sebagian besar
dari wilayah GKSBS Tanjung Bintang adalah daerah transmigrasi yang sangat
memungkinkan terjadinya pertemuan budaya, kepercayaan dan agama yang berbeda
ditengah kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu permasalahan tentang
pluralitas, tampaknya menjadi hal sangat penting bagi kehidupan bergereja di
tempat ini.
b.
Data
Statistik Warga Jemaat :
Saat ini anggota jemaat GKSBS Tanjung Bintang berjumlah
164 KK dengan jumlah jiwa 507 orang. Anggota jemaat dewasa atau sidi 380 orang
dan belum sidi 127 anak. Untuk jumlah jemaat wilayah I : Kelompok Sidang Sari
yaitu 54 KK dengan 161 jiwa, kelompok Marga Agung 59 KK dengan 178 jiwa,
kelompok Sumber Rejeki 42 KK dengan 132 jiwa, dan kelompok Umbul Rejo 9 KK
dengan 36 jiwa.
c.
Majelis GKSBS Tanjung Bintang :
MPJ (Majelis Pimpinan Jemaat) GKSBS Tanjung Bintang :
-
Ketua : Pnt. Kritstyo Martono
-
Sekretaris : Pnt. Yulianto
-
Bendahara :
Pnt. Denny Hasiolan Silalahi
-
Anggota
Majelis :
NO
|
Kelompok
|
Penatua
|
Diaken
|
Jumlah
|
1
|
Sindang
Sari
|
7
|
2
|
9
|
2
|
Sumber
Rejeki
|
8
|
2
|
10
|
3
|
Marga
Agung
|
7
|
2
|
9
|
4
|
Umbul
Rejo
|
1
|
1
|
2
|
Total
|
23
|
7
|
30
|
d. Badan Pembantu Majelis :
Kemajelisan yang ada di GKSBS Tanjung Bintang, juga
dibantu oleh Badan-Badan Pembantu Majelis. Atau yang lebih dikenal dengan
sebutan Komisi-Komisi yang membidangi pelayanan tertentu di gereja, antara lain
:
1)
Komisi Sekolah Minggu :
Komisi ini bertugasmenjangkau pelayanan anak-anak dan
remaja dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di bidang sekolah
minggu.Mengirimkan peserta baik guru sekolah minggu ataupun anak sekolah minggu
untuk mengikuti pelatihan-pelatihan atau pembinaan.
2)
Komisi Pemuda :
Komisi pemuda memiliki tugasuntuk membuat perencanaan dan
pelaksanaan program bagi pemuda.Mengirimkan peserta untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan dan mengkoordinir kegiatan gerejawi bagi pemuda.
3)
Komisi Wanita Jemaat :
Komisi ini bertugasmembuat perencanaan dan pelaksanaan
program bagi kaum ibu-ibu.Mengirimkan peserta untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan dan kegiatan-kegiatan baik secara lokal, klasikal dan
sinodal.
4)
Komisi Liturgi :
Komisi liturgi memiliki tugasuntuk membuat perencanaan
dan pelaksanaan kegiatan liturgis gerejawi.Merancang liturgi gerejawi yang
kreatif dan membantu persiapan ibadah gerejawi.
5)
Komisi Hari Raya :
Komisi ini bertugasuntuk membuat perencanaan dan
pelaksanaan ibadah baik perayaan hari besar agama Kristen maupun Nasional,
serta ibadah-ibadah khusus.
6)
Komisi Sosial :
Komisi sosial bertugasmembuat perencanaan dan pelaksanaan
diakonia bagi jemaat dan masyarakat.Mengkoordinir kegiatan gerejawi yang
bersifat insindentil untuk kebutuhan sosial.
7)
Komisi Rumah Tangga :
Komisi ini memiliki tugasuntuk membuat perencanaan dan
pelaksanaan program pembangunan dan perawatan gedung serta sarana dan prasarana
di lingkungan jemaat lokal.
8)
Komisi Wira Usaha :
Komisi Wira Usaha bertugasuntuk membuat perencanaan dan
pelaksanaan program bagi penambahan inkam gereja melalui usaha mandiri.
Bekerjasama dengan jemaat untuk mengembangkan ekonomi jemaat dengan membangun
usaha bersama.
9)
Delta Young Leaders :
Komisi ini bertugasuntuk membuat perencaan dan
pelaksanaan untuk pembinaan bagiremaja, pemuda, aktivis dan pelayan gereja.
Komisi ini telah mandiri dana dan diberi kewenangan untuk menjalin dengan
berbagai mitra agar memperluas area pelayanan.
e.
Kegiatan
Gerejawi :
PA
Kelompok (umum) : Persekutuan
ini dilakukan oleh keluarga-keluarga di ruang lingkup kelompok yang telah
dibagi oleh majelis. Tujuan persekutuan ini supaya jemaat mampu untuk
bersilaturahmi dan memperdalam pemahaman tentang kitab suci secara bersama.
PA Pemuda : Persekutuan ini untuk memperdalam pemahaman pemuda tentang Alkitab dan
untuk terus memberikan bimbingan rohani, sekaligus menjadi area untuk berdiskusi tentang kegiatan gereja yang melibatkan
pemuda.
PA KWJ : Ini
adalah persekutuan yang dilakukan khusus untuk ibu-ibu. Persekutuan ini
bertujuan untuk penyegaran rohani dan pemeliharaan iman melalui pendalaman
Alkitab.
PA Lansia : Persekutuan ini khusus dilakukan oleh para lansia. Dengan persekutuan ini
diharapkan mereka tetap bersemangat dalam melakukan pendalaman Alkitab.
Menara / Persekutuan Doa : Menara doa yang dilakukan GKSBS Tanjung Bintang merupakan
sebuah ibadah yang mengedapankan doa. Menara Doa saat ini ada yang dilakukan
per-kelompok, tapi ada juga yang dilakukan secara bersama se–GKSBS Tanjung
Bintang.
Ibadah Minggu : Ibadah minggu merupakan ibadah yang rutin setiap hari
minggu dan terkoordinir dengan baik.
Ucapan Syukur dan Ibadah Penghiburan : Persekutuan ini dilakukan gereja dalam rangka untuk pastoral
dalam duka cita maupun dan suka cita.
Pembinaan
:Secara
khusus bagian pembinaan dirancang dan diprogramkan oleh Delta Young Leader.
Dimana komisi ini sebagai bidang pelayanan yang mandiri bagi kawula muda
khususnya dan para aktivis serta jemaat pada umumnya. Program pembinaan rutin
yang dilakukan oleh Delta sebagai berikut :
1)
Bina Kader : Bina Kader adalah pembinaan bagi pelayan dan aktivis gereja. Pembinaan ini
bersifat berkala dan berkesinambungan (ada tahap 1, 2, dan 3). Bina kader juga
merupakan sebuah ajang untuk bersimulasi dalam menghadapi sebuah pelayanan.
2)
Bina Muda : Bina Muda merupakan upaya sengaja yang dilakukan gereja untuk mempersiapkan
generasi muda menjadi pemimpin masa depan. Pembinaan ini bagi mereka yang telah
berusia 16 – 35 tahun, dan Bina Muda juga bersifat berkala dan berkesinambungan
(tahap 1, 2, dan 3). Dengan pembinaan di usia muda diharapkan dapat
mempersiapkan calon pelayan di gereja. Pada akhirnya gereja tidak mengalami
kesulitan ketika mencari majelis ataupun sebagai tenaga pelayan yang lain.
3)
Bina Remaja : Bina Remaja adalah pembinaan sejak dini, agar mereka dipersiapkan menjadi
pemuda yang kokoh dalam iman dan memiliki gambar diri yang kuat. Bina Remaja
juga bersifat berkala dan berkesinambungan (tahap 1, 2, dan 3). Dengan
pembinaan ini diharapkan para remaja menemukan jati diri mereka sebagai
pengikut Kristus, sehingga mereka menjadi anak-anak yang tumbuh takut akan
Tuhan.
2.2.6
Perkembangan dan Pertumbuhan Gereja
Proses bergereja terus berjalan dan tiba saatnya Pdt. Suyatno
harus emiritus. Maka menyikapi hal ini GKSBS Tanjung Bintang segera mencari
penganti beliau. Upaya tersebut membuahkan hasil. Pada tahun 2013 GKSBS Tanjung
Bintang memanggil bapak Purwodarmanto sebagai pendeta. Tepat pada tanggal 23
Februari 2013 penthabiskan pendeta Purwodarmanto, sekaligus pelayanan ibadah
emiritus pendeta Suyatno.
Pada saat ini GKSBS Tanjung Bintang telah mendewasakan
satu wilayah yaitu wilayah III yang meliputi Kelompok Karang Sari, kelompok
Wawasan dan Kelompok Tri Tunggal. Sebagaimana
yang telah menjadi renstra dari GKSBS Tanjung Bintang pada tahun-tahun
pertama didewasakan. Mengingat bahwa wilayah pelayanan yang luas dan
memungkinkan terjadinya perkembangan, maka pendewesaan tersebut memang sudah
dirancang sejak awal. Untuk itu GKSBS Tanjung Bintang melakukan berbagai upaya
untuk mempersiapkan wilayah pelayanannya menjadi jemaat yang dewasa dan
mandiri. Berdasarkan renstra direncakan wilayah II akan dewasa pada tahun 2015
dan wilayah III pada tahun 2020.
Yang diperkirakan wilayah III dewasa tahun 2020,
mengalami percepatan pendewasaan. Wilayah III yang meliputi wilayah pelayanan
Tri Tunggal, Wawasan dan Karang Sari menindaklanjuti rencana pendewasaan, dan
melakukan berbagai persiapan. Sekalipun dalam persiapan tersebut ada berbagai
persoalan, namun wilayah III telah resmi menjadi jemaat dewasa pada tanggal 01
Juni 2017 dengan nama GKSBS Tanjung Sari. Pada waktu yang sama Pdt.
Puwodarmanto yang diproyeksikan akan menjadi pendeta di GKSBS Tanjung Sari
mengundurkan diri. Dan terjadilah kekosongan pendeta baik di GKSBS Tanjung Sari
maupun di GKSBS Tanjung Bintang.
Pada saat ini GKSBS Tanjung Bintang terdiri dari dua
wilayah. Sebagaimana dalam renstra wilayah II akan dewasa tahun 2015 mengalami
penundaan, untuk mendahulukan wilayah III. Sampai saat ini persiapan terus
dilakukan untuk proses pendewasaan wilayah II. Persiapan hampir pada tahap
akhir, sehingga wilayah II direncanakan akan dewasa pada tahun 2019.
[1] Hasil wawancara dengan Bapak Ribut
[2] Hasil wawancara dengan Ibu Tin Mustika
[3] Suyatno dkk, Buku Kehidupan Jemaat GKSBS Tanjung tahun 2000, (GKSBS Tanjung
Bintang, 2000), hal. 7
[4] Suyatno dkk, (2000), hal 7-8
[5] Hasil wawancara dengan Pdt. Em. Suyatno
[6] Suyatno dkk, (2000), hal. 3
[7] Suyatno dkk, (2000), hal. 3-4
0 Komentar